Tantangan Studi di Jerman

Bahasa
Bahasa Jerman jauh berbeda dengan bahasa Inggris, bahasa asing utama yang kita dapatkan sejak awal di bangku sekolah. Baik dari sisi pengucapan (Aussprache) maupun struktur bahasanya. Banyak yang bisa dilakukan untuk menguasainya. Namun tetap usaha yang dibutuhkan lebih, dibanding misalnya kita studi di negara-negara yang berbahasa Inggris karena dasar bahasa Inggris sudah kita miliki sejak awal.

Menonton televisi untuk program yang bermutu ataupun membaca koran cukup membantu kita untuk meningkatkan kemampuan berbahasa. Mendengarkan siaran berita di radio lebih tepat untuk membiasakan telinga menangkap secara utuh arti suatu kalimat.

Perkuliahan memiliki istilah-istilah bahasa yang khusus, berbeda dengan bahasa untuk percakapan sehari-hari dan biasanya lebih sulit. Namun memang tidak ada suatu yang tidak mungkin. Sekedar gambaran bahwa kendala bahasa ini cukup besar dan harus disertai dengan usaha yang besar untuk mengatasinya.
Sistem Perkuliahan
Sistem perkuliahan di Jerman terbilang tidak ketat. Artinya tidak ada batas waktu untuk suatu program studi. Kita bisa menjalani studi lebih dari 10 tahun jika itu memang pilihan kita. Akan tetapi di Jerman kemungkinan untuk drop out sangat tinggi. Data terakhir pada tahun 2002 seperti yang sebelumnya telah dituliskan, menunjukkan angka drop out di Universitas sebesar 30% dan Fachhochschule sebesar 22%. Angka yang cukup besar bukan? Angka tersebut berdasarkan penelitian Hochschule Information System (HIS) pada mahasiswa Jerman dan asing.

Belum ada penelitian khusus untuk pelajar asing. Namun dari angka di atas bisa kita simpulkan bahwa bagi pelajar Jerman sendiri, yang notabene menjalani kuliah dalam bahasa ibu mereka, tetap merupakan suatu perjuangan. Sistem perkuliahan ataupun ujian memberikan kemungkinan lebih besar untuk drop out dibanding dengan sistem di Indonesia. Sebagaimana sebelumnya telah dituliskan, jika kita 3 kali tidak lulus dalam ujian tertulis dan tetap tidak lulus dalam ujian perbaikannya yang dilakukan dengan ujian lisan, maka kitaa dengan sukses drop out. Walaupun nilai-nilai anda lainnya bagus dan memuaskan. Cukup tragis bukan?

Semangat
Semangat untuk belajar dan mengambil ujian yang menjadi kendor. Ini yang umumnya menyebabkan para pelajar menjadi lama lulus. Kenapa semangat ini mengendor? Berdasarkan pengamatan, antara lain bisa dikarenakan:

a. Jauh dari keluarga. Tidak ada penyemangat yang cukup dekat, yang selain berfungsi sebagai penyemangat juga mengingatkan.
b. Lamanya studi. Sistem pendidikan yang dapat menyebabkan studi lebih lama membuat semangat perlahan namun pasti luntur. Semakin bertanya-tanya buat apa sekolah susah-susah kalau toh uang atau kebutuhan lain tetap bisa didapatkan. Semakin lama semakin dalam terpuruk dan makin sulit untuk segera menyelesaikan studinya.
c. Harus membiayai hidup sendiri. Membagi waktu antara studi dan kerja adalah satu hal yang cukup sulit. Semangat juga kondisi fisik menjadi turun karena pusing memikirkan mencari uang bulanan.
d. Kesulitan mengikuti perkuliahan yang membuat selalu tidak siap menghadapi ujian. Ketidakmengertian ini bisa mengakibatkan dua hal, menjadi semakin semangat mencari tahu atau buruknya, semakin malas untuk belajar, karena ketika berusaha mencari tahu tetap saja sulit untuk dipahami.

e. Permasalahan-permasalahan pribadi lainnya. Permasalahan-permasalahan hidup lainnya di luar
bangku kuliah yang otomatis lebih berat dibandingkan dengan di Indonesia. Selain harus
berhubungan dengan orang Jerman yang notabene bahasa, karakter berbeda, juga terkadang harus
diselesaikan sendiri tanpa bantuan orang lain.

Komentar

Postingan Populer