Resiko Studi di Luar Negeri

Belajar di Jerman jelas memiliki resiko atau kendala yang jauh lebih besar dibandingkan dengan di Indonesia. Satu hal yang harus diketahui dan disadari dengan baik oleh calon pelajar sendiri maupun oleh para orangtua jika sang calon pelajar masih belum berstatus mandiri. Mengetahui resiko besar yang mungkin dihadapi, diharapkan membuat para calon pelajar juga orangtua bisa mempersiapkan bekal yang cukup untuk mengatasinya. Juga persiapan mental jika resiko dan kemungkinan terburuk terjadi. Calon pelajar dan orangtua sendiri yang mengetahui kemampuan untuk ‚Survive‘ baik dari sisi kemampuan/prestasi akademik, psikologis, dan materi.

Berikut ini resiko studi di Jerman terutama bagi para calon pelajar yang baru lulus dari SMA atau yang akan mengambil program Diplom di Jerman. Resiko-resiko di bawah ini bisa dihindarkan dan diperkecil dengan melakukan persiapan yang matang. Lihat bab persiapan.

Resiko-resiko Studi di Jerman

1. Lama mendapatkan sekolah
Tingkat persaingan setiap tahunnya semakin besar karena jumlah peminat yang semakin bertambah. Hal ini mempersulit untuk mendapatkan sekolah dengan cepat. Bersiaplah untuk menunggu sekitar 1 tahun sampai anda mendapatkan Zulassung. Walaupun ada kasus yang cepat, namun umumnya harus menunggu sekitar 1 tahunan. Setelah itu kita masih harus mengikuti ujian penerimaan Studienkolleg. Yang bisa dilakukan untuk memperkecil kemungkinan ini adalah membuat banyak lamaran lebih dari 5 jika memungkinkan ke perguruan tinggi. Lebih baik lagi jika dilakukan di Indonesia dan menunggu sampai memperoleh Zulassung barulah berangkat ke Jerman.

Berangkat ke Jerman tanpa Zulassung sebenarnya bukan merupakan tindakan yang bijak. Kita harus mencari sendiri dan berjuang tanpa dukungan dekat keluarga dan biaya hidup yang dikeluarkan selama menunggu di Jerman juga cukup besar dibanding menunggu di Indonesia.

Lokasi apakah di Jerman atau di Indonesia, tidak mempengaruhi penerimaan lamaran studi yang dilakukan. Yang berpengaruh besar adalah kelengkapan dokumen lamaran, dan tentunya prestasi akademik yang berpengaruh pada bidang studi yang dipilih. Jika prestasi kita hanya pas-pasan atau bahkan kurang, sebaiknya tidak memilih bidang studi yang banyak diambil atau dipilih orang, karena kemungkinan besar akan ditolak.

Lakukan persiapan yang matang untuk ujian penerimaan Studienkolleg. Ujian ini sebenarnya tidaklah terlalu sulit. Kita dapat bertanya pada diri sendiri ketika selesai mengerjakan ujian tersebut, sukses atau tidaknya. Ada kemungkinan gagal mengerjakannya, bersiaplah untuk itu. Lamaran banyak yang dikirimkan, memberikan kita alternatif lain untuk mencoba lagi ujian ini. Pengalaman pertama akan banyak membantu dan memberikan gambaran untuk melakukan persiapan yang lebih matang. Jika masuk ke Studienkolleg, kita harus menempuh ujian akhirnya. Belajar sebaik-baiknya untuk itu. Karena jika gagal, kita hanya mendapatkan kesempatan 1 kali lagi ujian. Setelah itu dicap tidak dapat melanjutkan kuliah di perguruan tinggi manapun di Jerman.

Kemungkinan waktu sampai dengan 2 –3 tahun dari saat menginjakkan kaki ke Jerman sampai dengan kita dapat ‚menikmati‘ bangku kuliah harus dipertimbangkan jika kita memang berniat studi di Jerman. Zulassung, ujian penerimaan Studienkolleg dan ujian akhirnya/Feststellungsprüfung tidak terlampau sulit. Jika persiapan yang dilakukan dari jauh-jauh hari cukup matang, kemungkinan lulus sangat besar. Jangan lupa untuk selalu berdoa. Manusia hanya digariskan untuk menyempurnakan usaha, Allah jua lah yang menentukan.

2. Gagal mendapatkan sekolah
Jangan anggap remeh kemungkinan ini. Persentase dari calon pelajar yang mengalaminya memang jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang mendapatkan tempat, walaupun untuk itu juga cukup memakan waktu. Jika sampai dengan 1,5 - 2 tahun calon pelajar belum masuk Studienkolleg, orangtua pelajar harus memikirkan matang-matang kemungkinan untuk memanggil calon pelajar pulang kembali ke Indonesia. Ada baiknya kita bisa jujur mengukur kemampuan dan peluang.

Pulang bukanlah solusi yang buruk.. Lebih buruk lagi jika kita menghabiskan waktu lebih lama di Jerman tanpa hasil yang memuaskan. Dengan segera pulang, kita bisa segera memulai kehidupan lain di negeri sendiri. Belum terlambat untuk mencari tempat studi baru di Indonesia. Kemungkinan ini memang sangat berat beban psikologisnya. Terlebih ketika kita harus memulai dari awal, sementara teman-teman seangkatan sudah hampir menyelesaikan kuliahnya dan kita baru di tahap start. Akan tetapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali.

3. Lama lulus
Waktu studi atau kelulusan di Jerman untuk program Diplom rata-rata 8,5 tahun. Data statistik yang diambil dari semua pelajar baik Jerman maupun pelajar asing baik di Universitas dan Fachhochschule. Perlu diingat, ini hanya angka rata-rata saja, tentu saja tetap ada yang bisa lulus dalam waktu 5 – 6 tahun. Umumnya kelulusan sesuai angka rata-rata tersebut, yakni 8,5 tahun. Kemungkinan lulus lebih lama dari waktu tersebut juga ada. Kondisi pelajar Indonesia di Jerman yang mengambil program Diplom tidak memiliki data statistik yang akurat. Akan tetapi sejauh pengamatan, biasanya lebih dari 8 tahun untuk yang mengambil proram studi di Universitas. Jangan dikira mereka tidak mampu atau pintar. Mereka sudah mengalami proses penyaringan ynag ketat samapi akhirnya bisa melanjutkan studi, mereka termasuk orang-orang yang terpilih. Yang menjadi kendala utama antara lain: semangat belajar yang semakin kendor. Kejenuhan dan sistem perkuliahan yang tidak mendukung untuk tetap semangat biasanya membuat daya juang melemah.

4. Gagal sekolah alias tidak lulus
Merupakan kemungkinan terburuk. Tidak lulus merupakan suatu pilihan jika tidak dikarenakan drop out. Perguruan tinggi di Jerman belum menetapkan adanya batas waktu studi. Lama studi terserah dari pelajar sendiri. Jadi kemungkinan ini merupakan pilihan pribadi. Biasanya dengan berat dipilih karena pelajar tidak dapat tinggal lebih lama lagi di Jerman. Entah karena alasan keuangan maupun kepentingan pribadi.

Komentar

Postingan Populer