Sistem Nilai dan Ujian
Di Jerman dikenal sistem ujian tertulis dan lisan. Bentuk ujian lisan termasuk yang paling sering dilakukan untuk mata kuliah yang bukan dasari. Dalam ujian lisan ini kita bisa mengetahui hasil atau nilai ujian segera setelah ujian dilakukan. Ujian lisan juga sering dilakukan secara berkelompok. Nilai kita sangat ditentukan oleh kemampuan kita menjelaskan dengan baik apa yang diujikan. Bisa jadi kita mengerti dan tahu jawabannya, tapi tidak dapat menyampaikannya dengan baik dan sistematis dalam bahasa Jerman. Ada baiknya kita melakukan latihan dan mempraktikan menjawab soal-soal secara
lisan. Perasaan takut dan cemas ketika harus menghadapi ujian lisan terutama untuk pertama kali adalah wajar. Usaha dan persiapan matang yang kita lakukan akan cukup menenangkan dan mendorong sikap optimis.
Bentuk ujian tertulis umumnya memakan waktu yang cukup lama dan lebih sulit dibandingkan dengan ujian lisan. Bahan referensi untuk satu kali ujian agar persiapan yang dilakukan matang terkadang membutuhkan lebih dari 5 buah buku kuliah yang cukup tebal. Jangan pernah bayangkan dan nekat untuk melakukan persiapan sehari semalam sebagaimana umumnya istilah di Indonesia, SKS = sistem kebut semalam. Mahasiswa Jerman sendiri biasanya melakukan persiapan untuk suatu ujian rata-rata selama 2 atau 3 minggu.
Pun untuk sistem ujian tertulis yang memakai sistem buka buku, kita harus mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh. Karena jika tidak menguasai bahan, waktu kita akan habis untuk membuka-buka buku tanpa menemukan jawabannya. Ujian tertulis dengan sistem buka buku umumnya jauh lebih sulit dan jawabannya tidak gamblang tertera pada buku.
Pada sekretariat institut (Fachschaft) kita dapat memperoleh data-data ujian tahun-tahun sebelumnya. Data ini cukup berharga dan membantu orientasi belajar dan mempersiapkan diri menghadapi ujian. Kita dapat mengetahui bagaimana tingkat kesulitan ujian tahun lalu, contoh soal, angket dari peserta ujian yang berisi lama persiapan yang mereka butuhkan, saran-saran mereka untuk peserta ujian berikutnya.
Pada Fachhochschule akan sering ditemui ujian yang berupa praktek. Bentuknya berupa sejumlah soal yang harus diselesaikan dengan alat yang telah disediakan. Misal kita harus memecahkan suatu persoalan dengan pemrograman, dimana setiap peserta ujian menjalani ujiannya didepan komputer. Bentuk lain yang sejenis dengan ujian adalah seminar. Kita mendapatkan tugas yang harus dipresentasikan di depan Professor dan asistennya. Untuk itu kita harus menguasai dan mampu menjelaskan dengan baik bahan yang ditugaskan. Pada seminar ini kita akan mendapat bimbingan dari asisten Professor. Malah memungkinkan kita untuk melakukan latihan presentasi.
Pada Universitas, kitalah yang berperan membuat jadwal ujian dan mendaftar untuk mengikuti suatu ujian. Dengan kata lain kita sendiri yang memutuskan apakah akan mengikuti suatu ujian atau tidak. Ini yang terkadang membuat mahasiswa sering mundur, ketika merasa tidak siap. Jadwal ujian di Universitas biasanya dilakukan pada saat liburan. Tergantung dari waktu yang ditentukan oleh Professor pengajar. Ada kalanya jarak antar ujian satu dengan lainnya 2 – 3 minggu. Namun bisa jadi kita harus mengambil 2 ujian pada hari yang sama.
Sementara pada Fachchochschule jadwal ujian sudah tersusun pada jangka waktu yang padat. Misal selama 2 minggu adalah waktu ujian. Sulitnya dengan kondisi begini, harus pandai mengatur waktu belajar karena banyaknya ujian yang diambil dalam waktu hampir bersamaan. Persiapan ujian dan belajar sudah harus jauh hari direncanakan.
Di Jerman dikenal dengan sistem drop out yang ketat. Jika kita tidak lulus ujian tertulis yang sama sebanyak 3 kali, maka harus menjalani ujian lisannya. Ini kesempatan terakhir, jika ujian lisan ini juga tidak lulus, dengan menyesal kita harus keluar dari perguruan tinggi alias drop out. Kita tidak boleh menyepelekannya. Dari data statistik terakhir 2002, angka drop out rata-rata Universitas 30% dan Fachhochschule 22%. Untuk itu kita harus berusaha keras agar tidak termasuk didalamnya.
lisan. Perasaan takut dan cemas ketika harus menghadapi ujian lisan terutama untuk pertama kali adalah wajar. Usaha dan persiapan matang yang kita lakukan akan cukup menenangkan dan mendorong sikap optimis.
Bentuk ujian tertulis umumnya memakan waktu yang cukup lama dan lebih sulit dibandingkan dengan ujian lisan. Bahan referensi untuk satu kali ujian agar persiapan yang dilakukan matang terkadang membutuhkan lebih dari 5 buah buku kuliah yang cukup tebal. Jangan pernah bayangkan dan nekat untuk melakukan persiapan sehari semalam sebagaimana umumnya istilah di Indonesia, SKS = sistem kebut semalam. Mahasiswa Jerman sendiri biasanya melakukan persiapan untuk suatu ujian rata-rata selama 2 atau 3 minggu.
Pun untuk sistem ujian tertulis yang memakai sistem buka buku, kita harus mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh. Karena jika tidak menguasai bahan, waktu kita akan habis untuk membuka-buka buku tanpa menemukan jawabannya. Ujian tertulis dengan sistem buka buku umumnya jauh lebih sulit dan jawabannya tidak gamblang tertera pada buku.
Pada sekretariat institut (Fachschaft) kita dapat memperoleh data-data ujian tahun-tahun sebelumnya. Data ini cukup berharga dan membantu orientasi belajar dan mempersiapkan diri menghadapi ujian. Kita dapat mengetahui bagaimana tingkat kesulitan ujian tahun lalu, contoh soal, angket dari peserta ujian yang berisi lama persiapan yang mereka butuhkan, saran-saran mereka untuk peserta ujian berikutnya.
Pada Fachhochschule akan sering ditemui ujian yang berupa praktek. Bentuknya berupa sejumlah soal yang harus diselesaikan dengan alat yang telah disediakan. Misal kita harus memecahkan suatu persoalan dengan pemrograman, dimana setiap peserta ujian menjalani ujiannya didepan komputer. Bentuk lain yang sejenis dengan ujian adalah seminar. Kita mendapatkan tugas yang harus dipresentasikan di depan Professor dan asistennya. Untuk itu kita harus menguasai dan mampu menjelaskan dengan baik bahan yang ditugaskan. Pada seminar ini kita akan mendapat bimbingan dari asisten Professor. Malah memungkinkan kita untuk melakukan latihan presentasi.
Pada Universitas, kitalah yang berperan membuat jadwal ujian dan mendaftar untuk mengikuti suatu ujian. Dengan kata lain kita sendiri yang memutuskan apakah akan mengikuti suatu ujian atau tidak. Ini yang terkadang membuat mahasiswa sering mundur, ketika merasa tidak siap. Jadwal ujian di Universitas biasanya dilakukan pada saat liburan. Tergantung dari waktu yang ditentukan oleh Professor pengajar. Ada kalanya jarak antar ujian satu dengan lainnya 2 – 3 minggu. Namun bisa jadi kita harus mengambil 2 ujian pada hari yang sama.
Sementara pada Fachchochschule jadwal ujian sudah tersusun pada jangka waktu yang padat. Misal selama 2 minggu adalah waktu ujian. Sulitnya dengan kondisi begini, harus pandai mengatur waktu belajar karena banyaknya ujian yang diambil dalam waktu hampir bersamaan. Persiapan ujian dan belajar sudah harus jauh hari direncanakan.
Di Jerman dikenal dengan sistem drop out yang ketat. Jika kita tidak lulus ujian tertulis yang sama sebanyak 3 kali, maka harus menjalani ujian lisannya. Ini kesempatan terakhir, jika ujian lisan ini juga tidak lulus, dengan menyesal kita harus keluar dari perguruan tinggi alias drop out. Kita tidak boleh menyepelekannya. Dari data statistik terakhir 2002, angka drop out rata-rata Universitas 30% dan Fachhochschule 22%. Untuk itu kita harus berusaha keras agar tidak termasuk didalamnya.
Komentar
Posting Komentar